Jangan pernah takut untuk bermimpi. Sebuah mimpi tak akan menjadikanmu lupa
diri. Justru dialah yang akan memberimu energi dan motivasi. Jika disinergi dengan
aksi, akan menjadi perbuatan yang fikli. Andai kegagalan dialami berulangkali,
janganlah kemudian berhenti. Lihatlah, sudah berapa jauh langkah yang kau lewati.
Sebentar lagi, pintu berhias batu lapis lazuli diterangi pendaran cahaya pelangi akan
menghiasi. Sabarlah menanti, jangan lepas kendali.
Mimpiku sangat luas, melintas dengan jelas. Sebelum usiaku mencapai batas,
kuingin mencapai finansial yang bebas. Bukan atas luminositas emas atau belabas ku
antusias. Aku hanya ingin memiliki likuiditas yang menghilangkan segala liabilitas.
Semua itu membantuku mencapai genialitas, stabilitas, dan kredibilitas. Finansial yang
bebas akan mengarah pada peningkatan kualitas, ekspresivitas, dan kompabilitas.
Lantas, apakah semuanya membutuhkan ekuitas tak terbatas? Sebuah pernyataan
yang luncas. Banyak bukti menunjukkan hal yang kontras. Orang-orang dengan
kemampuan terbatas, bermodalkan rintisan komoditas, aktivitas, serta kreativitas,
ternyata mampu mencapai finansial yang bebas. Manfaatkan setiap peluang dengan
cerdas, maka masa depanmu akan semakin jelas. Berlarilah bergegas, agar impianmu
tidak kandas.
Mimpiku tak hanya mengejar uang bermiliar-miliar. Ku tak ingin menjadi saudagar
yang sekakar. Berbagi dengan dunia luar adalah hal yang paling khiar. Tenar bukanlah
hal yang patut dijadikan sesumbar sebab apa guna kita berikhtiar jika harta dan ilmu
tidak menular? Selagi kehidupan masih longgar, bantulah orang-orang yang sukar.
Jangan sampai belum-belum tubuh kita terbakar di Padang Mahsyar. Itulah sebuah
nazar.
Menukil analogi Jennie tentang sebuah lilin kecil. “Satu lilin kecil dapat
menyalakan beribu lilin tanpa mengurangi cahaya si lilin kecil.” Hatiku mulai
terpanggil tuk mendidik mereka yang terkucil melalui pendidikan terampil. Memberi
dukungan moril bagi mereka yang dianggap kerikil. Bukan hal yang muskil jika kita
telah bermimpi sejak juvenil. Ku hanya tak ingin menjadi bakhil. Semoga semua mimpi
ini menjadi riil.
Mimpiku tak luput dari pengorbanan orang tua. Di setiap keheningan malam
rangkaian doa selalu menggema. Linangan tetes air mata bukanlah sebuah melodrama,
melainkan ketulusan prima dari rama dan bunda. Mereka mengharapkan yang terbaik
untuk putra dan putrinya. Kita pun jangan lengah dan terperdaya. Semua usaha takkan
terjelma bila tak diiringi dengan doa. Meminta, percaya, usaha, dan menerima, itulah
dogma yang utama.
Tafakur penuh rasa syukur adalah kunci makmur. Jangan pernah kau kufur karena
kau akan semakin hancur. Jangan pula kau takabur karena semua yang ada takkan kau
bawa ke alam kubur. Sekali lagi dengan takur ku menegur, jangan pernah takut
bermimpi supaya hidup lebih terstruktur dan jalurmu tidak simpang siur. Bukankah
mahsyur sebagai seorang luhur jauh lebih mujur daripada gugur sebagai sampah yang
berlumpur?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar