Minggu, 03 Februari 2013

Midas : Part I "Sillenos"




Satir jantan itu berjalan sempoyongan menerobos  pepohonan oak yang berusia ratusan tahun. Tangan kirinya memegang sebotol anggur vitis labrusca yang hanya tersisa beberapa teguk. Dia adalah seorang manusia tua bertanduk, berkepala botak, serta bertelinga runcing. Gemerisik gesekan ranting di tanah dengan kakinya yang berwujud kambing membuat beberapa nifma cantik berwujud manusia setengah peri segera bersembunyi di balik kulit-kulit kayu. Kali Ini satir jantan tersebut tidak berminat untuk bersenang-senang dengan para nifma berambut ikal panjang dan berkulit putih tersebut. Satir tua tersebut menyadari bahwa kini dirinya telah tersesat jauh dari kerajaannya di Lydia.

“Sillenos…” sebuah suara lembut wanita terdengar samar-samar di kejauhan, menuntun manusia setengah kambing tersebut untuk terus melangkah hingga dia sampai pada hamparan luas kebun mawar.

“Selamat datang di Kerajaan Pessinos hai tua keladi…”, suara lantang laki-laki menyambutnya dari belakang. Sebelum satir jantan itu menyadari, pukulan benda berat mengantam keras tengkuknya.

Segalanya pun menjadi hitam…

***
“Bebaskan dia…,”

“Tapi Yang Mulia…,”

“Dia guru dari Dionisos.”

“Dionisos yang itu?”

Seorang gadis kecil bermata biru tiba-tiba berlari kecil memasuki ruangan tempat Raja Midas dan pengawalnya bercakap.

“Ayaah…,” tatapan berseri dan tawa riang putri mahkota tersebut seolah ingin memeluk erat ayahnya untuk berbagi cerita. Tapi sebelum gadis itu sempat mendekat, Midas telah menghardiknya.

“Mary! Kembali ke kamarmu…!”

Langkah gadis kecil itu seketika terhenti.  Air mukanya yang ceria berubah menjadi muram. Dia mundur perlahan lalu berbalik dan berlari meninggalkan ruangan tersebut.

***
Midas bertubuh tegap, walaupun usianya telah memasuki paruh baya, garis-garis tulang pipi dan dagunya mengguratkan semangat juang yang tinggi. Meskipun demikian, aura kebijaksanaan seorang raja masih terpancar jelas dari dirinya. Kerajaannya makmur dan bergelimang harta. Hanya satu kekurangannya, dia tak menyadari betapa permaisuri dan putrinya sangat mencintai dirinya.

“Selamat datang Sillenos, maaf telah menyambut dengan cara kurang sopan,” Raja Midas menghampiri Sillenos yang telah siuman di pembaringannya.

“Midas,,,?” Satir jantan tersebut sedikit terkejut. 

“Pessinos, kerajaan kami siap melayani tamu terhormat seperti Anda,“  Midas bertepuk dua kali, seketika pelayan berduyun-duyun membawa bernampan-nampan anggur, buah, dan berbagai jamuan pelengkap lainnya. Nimfa-Nimfa Naiad sengaja didatangkan untuk menyambut tamu spesial Raja Midas dengan gemulai tarian Sikinis diiring para penabuh rebana.

Sepertinya untuk hari-hari ke depan  satir jantan tersebut akan sangat betah tinggal di Pessinos.

***

Sepuluh hari telah berlalu. Midas telah menjamu Sillenos dengan sangat baik. Kini tiba saatnya bagi Midas untuk mengembalikan Sillenos pada Dionisos di Kerajaan Lydia. Kerajaan tersebut  ditopang oleh pilar-pilar marmer raksasa. Sungai-sungai yang berkilauan bak cahaya dihiasi heleiad-heleiad cantik yang bercengkerama di antara dedaunan ivy dan tanaman ara.  Setiap sudut kerajaan dihiasi dengan anglo Thyterios . Sebuah kerajaan yang sangat sempurna bagi tempat tinggal Dionisos, sang dewa pesta.

“Midas…midas…..,akhirnya kau bawa kembali Sillenosku,” seorang pria berbaju kulit macan dengan tangan kanannya memegang sebuah thirsos –tongkat yang dibuat dari batang Ferula Communis diikat dengan taenia dan kerucut pinus- datang menghampiri rombongan raja Midas. Disampingnya ada sesosok tegap Centaur dengan tanduk bantengnya yang kokoh.

“Your majesty, Dionisos“ jawab Midas sambil bersimpuh kemudian bangkit kembali.

Sillenos menghampiri Dionisos dan membisikkan sesuatu. Terjadi keheningan beberapa saat. Pandangan Dionisos tetap melekat pada Midas. Dionisos kemudian mengangguk-angguk.

“Sungguh mulia hatimu wahai Midas, telah memerlakukan Sillenos dengan sangat baik,” Dionisos tersenyum senang. Centaur yang ada di sampingnya segera menawarkan anggur vinera yang merupakan jamuan terbaik di kerajaan Lydia.

“Tak perlu sungkan, sudah menjadi kewajiban seorang raja untuk menjamu tamu istimewa seperti Sillenos,” diraihnya gelas anggur tersebut lalu bersulang.

“Sebutkan satu hal tentang apa yang paling kau inginkan, aku akan mengabulkannya,” tawaran Dionisos membuat Midas seketika terhenyak. Begitu banyak keinginan yang berkelebat di dalam pikirannya- kejayaan, kekuasaan, ekspansi kerajaan, kemenangan di setiap pertempuran. 

Midas menimbang beberapa lama. Baginya semua hal tersebut hanya dapat diraih dengan kekayaan melimpah lebih dari yang dimilikinya sekarang. Ya…dengan emas yang melimpah Midas akan mampu mendapatkan semuanya, senjata perang yang paling ampuh, prajurit-prajurit hebat, membeli kekuasaan, dan berbagai kesenangan lainnya. 

Tanpa berpikir panjang lagi, Midas pun menjawab, “Aku ingin semua benda yang kusentuh dapat berubah menjadi emas….”

Dionisos tersenyum simpul. Dihentakkannya thirsos yang ada di tangan kanannya sebanyak tiga kali. Dari bibirnya terdengar desisan berulang-ulang,  “Chrysopoeia alchemist…Chrysopeia alchemist…”. Seketika kerucut pinus yang ada di ujungnya kemudian berpendar keemasan. Dionisos segera mengarahkan ujung thirsosnya pada tubuh Midas, “Energi yang ada di semesta, kaulah sekarang sang Midas Golden Touch.”

Tubuh Midas seketika berubah keemasan dengan pendaran yang menyilaukan. Nimfa-nimfa Heleiad yang sebelumnya hanya memandangi Midas dari kejauhan seketika menyelam kedalam aliran sungai untuk menghindari silaunya tubuh Midas yang menghujam mata mereka. Tidak butuh beberapa lama hingga pendaran itu lama-lama menghilang. Salah seorang Heleiad muncul kembali di permukaan air.

Midas merasakan kulitnya seakan terbakar. Dia berpikir apakah dia telah mengucap permohonan yang salah. Akan tetapi, dia percaya bahwa Dionisos tidak akan melakukan sesuatu yang mencelakakannya. Ternyata benar, Midas merasakan kulitnya berangsur-angsur pulih dan dia merasakan energi baru yang luar biasa dari dalam tubuhnya.

“Sentuhlah dedaunan itu,” perintah Dionisos.

Midas berlahan menghampiri dedaunan yang ada di tepi sungai. Heleiad yang sedari tadi memandanginya segera menyelam kembali ke dalam air saat mengetahui Midas mendekati persinggahannya.

Secara perlahan Midas mengarahkan tangannya ke salah satu bunga teratai yang menyembul di atas sungai, dan sebuah keajaiban terjadi…bunga teratai yang berwarna fanta tersebut seketika berubah warna menjadi kuning keemasan. Strukturnya yang lunak berubah mengeras dan kemilaunya memancarkan keindahan duniawi yang tak tertandingi. Teratai itu kini berubah menjadi bongkahan emas murni di tangan Midas.

Midas tersenyum penuh kemenangan, sepertinya tak lama lagi kerajaan Pessinos akan menjadi kerajaan adidaya di bumi ini.

***
To be Continued


1 komentar: